Hati-hati dg gerakan yg terpola secara sistematis usaha segolongan ummat utk menjauhkan ummat islam dari para ulama'nya.
Dari sekian bnyak diskusi yg telah di gelar bila kita cermati sering muncul petarnyaan begni: "Kamu ngikuti Kiyai atau ngikuti Nabi???".
"APAKAH BENAR FIQIH MAMPU MENGGUGURKAN AL- QUR'AN DAN HADIST..???"
"Bagaimanakah kedudukan kitab kuning atas Al- qur'an dan Hadits Nabi saw???
"Ulama itu kan manusia biasa seperti kita yg bs salah dan bisa benar serta tdk ma'sum ????"
Pertanyaan tsb di atas merupakan bagian di antara beberapa pola yg sdg mereka bangun demi utk mewujudkan adanya gerakan menjauhkan ummat islam dari para ulama'nya.
Bila usaha ini berhasil, sungguh tak terbayangkan oleh kita semua bgmn ummat di kemudian hari nanti dlm mengamalkan agamanya. Mereka akan berijtihad sendiri dg kedangkalan ilmu serta kebodohannya masing- masing....
Waspadalah...waspadalah....waspadalah....
Dari beberapa pertanyaan yg sdh sy contohkan di atas, mengandung suatu pengertian yg resembunyi, di antaranya:
"Kamu ngikuti Kiyai atau ngikuti Nabi???". Pertanyaan ini telah menuduh atau beranggapan klu para Kyai itu tdk mengikuti Nabi. ---------------------------------------------------------- "APAKAH BENAR FIQIH MAMPU MENGGUGURKAN AL- QUR'AN DAN HADIST..???" Pertanyaan ini telah menuduh atau beranggapan klu kitab2 fikih yg di karang oleh para ulama tdk bersumber dari Al-Qur'an maupun Al-Hadits --------------------------------------------------------- "Bagaimanakah kedudukan kitab kuning atas Al- qur'an dan Hadits Nabi saw??? Pertanyaan ini telah menuduh atau beranggapan klu kitab2 kuning karang oleh para ulama tdk mengambil sumbernya dari Al-Qur'an maupun Al-Hadits. ---------------------------------------------------------------- "Ulama itu kan manusia biasa seperti kita yg bs salah dan bisa benar serta tdk ma'sum ????" Pertanyaan ini telah menuduh atau beranggapan klu para ulama itu org org bodoh yg masih pantas dan layak org2 bodoh dan dungu utk mengkritik serta mengkritisinya, seakan2 sang pengkritik memposisikan dirinya sbg pihak yg merasa lebih hebat, lebih alim, lebih wira'i di bandingkan dg para ulama yg dikritik itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar