Laman

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Budi Pekerti Yang Paling Tinggi Adalah Rasa Malu Terhadap Diri Sendiri

MARI LUANGKAN AKAL UNTUK SEDIKIT BERFIKIR


Pernyataan qaul masyhur bahwa
pahala bacaan al-Qur’an tidak
sampai kepada orang mati adalah
tidak mutlak, itu karena ada qaul lain
dari Imam asy-Syafi’i sendiri yang
menyatakan sebaliknya. Disinilah kita
perlu memahami sebuah kalimat
ungkapan karakter bahasa,
sebenarnya jika kita mau sedikit
meluangkan Akal untuk sedikit
berpikir, maka Ungkapan seperti itu
tidak akan membuat kita heran,
kenapa? karena memang sudah
semestinya jika bacaan apapun tidak
akan sampai pada Mayat!! bahkan
tidak hanya bacaan saja, semua
amalan kita tidak akan sampai ke
orang lain, atau mayat. Namun
Pemikiran Salafi/Wahhabi tidak
terbuka untuk ini rupanya.
Demikian juga Perkataan jelek atau
amalan jelek kita juga tidak akan
sampai atau di bebankan kepada
Orang lain atau Mayat, jika memang
amalan jelek kita itu tidak ada
sangkut pautnya dg Orang lain
tersebut atau Mayat itu sendiri. Jadi
Amalan kita itu sampai atau tidaknya
berhubungan dengan kondisi dan
hal-hal tertentu, seperti perkataan
beliau Imam Syafi’i :

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻰ : ﻭﺃﺣﺐ ﻟﻮ ﻗﺮﺉ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﺒﺮ
ﻭﺩﻋﻰ ﻟﻠﻤﻴﺖ

“asy-Syafi’i berkata : aku menyukai
sendainya dibacakan al-Qur’an
disamping qubur dan dibacakan do’a
untuk mayyit” [1]

Demikianlah kita harus memahami
Perkataan seorang Pembesar Agama
Islam sekaliber Imam Syafi,i melalui
para Ulama yang lain, entahlah jika
Mereka Mendaulat Dirinya Setara
Dengan Imam Syafi,i?Juga disebutkan
oleh al-Imam al-Mawardi, al-Imam an-
Nawawi, al-Imam Ibnu ‘Allan dan yang
lainnya dalam kitab masing-masing
yang redaksinya sebagai berikut :

ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﺭَﺣِﻤﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪ : ﻭﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ ﺃﻥْ
ﻳُﻘﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷﻲﺀٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻘُﺮﺁﻥِ، ﻭَﺇﻥ ﺧَﺘَﻤُﻮﺍ
ﺍﻟﻘُﺮﺁﻥ ﻋِﻨْﺪﻩُ ﻛﺎﻥَ ﺣَﺴﻨﺎً

“Imam asy-Syafi’i rahimahullah
berkata : disunnahkan agar membaca
sesuatu dari al-Qur’an disisi
quburnya, dan apabila mereka
mengkhatamkan al-Qur’a disisi
quburnya maka itu bagus” [2]

Kemudian hal ini dijelaskan oleh
‘Ulama Syafi’iyah lainnya seperti
Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-
Anshari dalam dalam Fathul Wahab :

ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻣﺴﻠﻢ
ﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﻣﻦ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﻞ
ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎ
ﻳﺼﻞ ﻭﺫﻫﺐ ﺟﻤﺎﻋﺎﺕ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺇﻟﻰ ﺃﻧﻪ
ﻳﺼﻞ ﺇﻟﻴﻪ ﺛﻮﺍﺏ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺍﺕ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ
ﻭﺻﻮﻡ ﻭﻗﺮﺍﺀﺓ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﻣﻦ ﻣﺸﻬﻮﺭ
ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﻣﺤﻤﻮﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻗﺮﺃ ﻻ ﺑﺤﻀﺮﺓ
ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ ﻟﻪ ﺃﻭ ﻧﻮﺍﻩ
ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﺑﻞ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﺒﻜﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﺩﻝ ﻋﻠﻴﻪ
ﺍﻟﺨﺒﺮ ﺑﺎﻻﺳﺘﻨﺒﺎﻁ ﺃﻥ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺇﺫﺍ
ﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﻧﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻧﻔﻌﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺫﻟﻚ
ﻭﻗﺪ ﺫﻛﺮﺗﻪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺮﻭﺽ

“Adapun pembacaan al-Qur’an, Imam
an-Nawawi mengatakan didalam
Syarh Muslim, yakni masyhur dari
madzhab asy-Syafi’i bahwa pahala
bacaan al-Qur’an tidak sampai
kepada mayyit, sedangkan sebagian
ashhab kami menyatakan sampai, dan
kelompok-kelompok ‘ulama
berpendapat bahwa sampainya
pahala seluruh ibadah kepada mayyit
seperti shalat, puasa, pembacaan al-
Qur’an dan yang lainnya. Dan apa
yang dikatakan sebagai qaul masyhur
dibawa atas pengertian apabila
pembacaannya tidak di hadapan
mayyit, tidak meniatkan pahala
bacaannya untuknya atau
meniatkannya, dan tidak
mendo’akannya bahkan Imam as-
Subkiy berkata ; “yang menunjukkan
atas hal itu (sampainya pahala)
adalah hadits berdasarkan istinbath
bahwa sebagian al-Qur’an apabila
diqashadkan (ditujukan) dengan
bacaannya akan bermanfaat bagi
mayyit dan diantara yang demikian,
sungguh telah di tuturkannya didalam
syarah ar-Raudlah”. [3]

Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-
Haitami didalam al-Fatawa al-Fiqhiyah
al-Kubraa:

ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻫﺬﺍ
ﺗﺄﻳﻴﺪ ﻟﻠﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﻓﻲ ﺣﻤﻠﻬﻢ ﻣﺸﻬﻮﺭ
ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺍﻟﻤﻴﺖ
ﺃﻭ ﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﻋﻘﺒﻪ

“dan perkataan Imam asy-Syafi’i ini
(bacaan al-Qur’an disamping mayyit/
kuburan) memperkuat pernyataan
ulama-ulama Mutaakhkhirin dalam
membawa pendapat masyhur diatas
pengertian apabila tidak dihadapan
mayyit atau apabila tidak
mengiringinya dengan do’a”. [4]

Lagi, dalam Tuhfatul Muhtaj :

ﻗﺎﻝ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻣﺴﻠﻢ: ﺇﻧﻪ
ﻣﺸﻬﻮﺭ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻗﺮﺃ ﻻ ﺑﺤﻀﺮﺓ
ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ ﻟﻪ
ﺃﻭ ﻧﻮﺍﻩ ﻭﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﻟﻪ

“Sesungguhnya pendapat masyhur
adalah diatas pengertian apabila
pembacaan bukan dihadapan mayyit
(hadlirnya mayyit), pembacanya tidak
meniatkan pahala bacaannya untuk
mayyit atau meniatkannya, dan tidak
mendo’akannya untuk mayyit”.[5]

Oleh karena itu Syaikh Sulaiman al-
Jumal didalam Futuuhat al-Wahab
(Hasyiyatul Jumal) mengatakan pula
sebagai berikut :

ﻭﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺗﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ
ﺑﺸﺮﻁ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻣﻮﺭ ﺇﻣﺎ ﺣﻀﻮﺭﻩ ﻋﻨﺪﻩ
ﺃﻭ ﻗﺼﺪﻩ ﻟﻪ، ﻭﻟﻮ ﻣﻊ ﺑﻌﺪ ﺃﻭ ﺩﻋﺎﺅﻩ ﻟﻪ، ﻭﻟﻮ
ﻣﻊ ﺑﻌﺪ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻩ

“dan tahqiq bahwa bacaan al-Qur’an
memberikan manfaat bagi mayyit
dengan memenuhi salah satu syarat
dari 3 syarat yakni apabila dibacakan
dihadapan (disisi) orang mati, atau
apabila di qashadkan (diniatkan/
ditujukan) untuk orang mati walaupun
jaraknya jauh, atau mendo’akan
(bacaaannya) untuk orang mati
walaupun jaraknya jauh juga.
Intahaa”.[6]

ﻓﺮﻉ : ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻟﻠﻘﺎﺭﺉ ﻭﻳﺤﺼﻞ ﻣﺜﻠﻪ
ﺃﻳﻀﺎ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻟﻜﻦ ﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺑﺤﻀﺮﺗﻪ، ﺃﻭ
ﺑﻨﻴﺘﻪ ﺃﻭ ﻳﺠﻌﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﻟﻪ ﺑﻌﺪ ﻓﺮﺍﻏﻬﺎ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻌﺘﻤﺪ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ .… )ﻗﻮﻟﻪ: ﺃﻣﺎ
ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺇﻟﺦ( ﻗﺎﻝ ﻡ ﺭ: ﻭﻳﺼﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ
ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻣﻮﺭ؛ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻋﻨﺪ
ﻗﺒﺮﻩ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻪ ﻋﻘﺒﻬﺎ ﻭﻧﻴﺘﻪ ﺣﺼﻮﻝ
ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﻟﻪ

“(Cabang) pahala bacaan al-Qur’an
adalah bagi si pembaca dan
pahalanya itu juga bisa sampai
kepada mayyit apabila dibaca
dihadapan orang mati, atau
meniatkannya, atau menjadikan
pahalanya untuk orang mati setelah
selesai membaca menurut pendapat
yang kuat (muktamad) tentang hal
itu,…. Frasa (adapun pembacaan al-
Qur’an –sampai akhir-), Imam Ramli
berkata : pahala bacaan al-Qur’an
sampai kepada mayyit apabila telah
ada salah satu dari 3 hal : membaca
disamping quburnya, mendo’akan
untuknya mengiringi pembacaan al-
Qur’an dan meniatkan pahalanya
sampai kepada orang mati.”[7]

Imam an-Nawawi asy-Syafi’i
rahimahullah:

ﻓﺎﻻﺧﺘﻴﺎﺭ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﺑﻌﺪ ﻓﺮﺍﻏﻪ:
ﺍﻟﻠﻬﻢّ ﺃﻭﺻﻞْ ﺛﻮﺍﺏَ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﺗﻪ ﺇﻟﻰ ﻓﻼﻥٍ؛
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ

“Dan yang dipilih (qaul mukhtar) agar
berdo’a setelah pembacaan al-
Qur’an : “ya Allah sampaikan (kepada
Fulan) pahala apa yang telah aku
baca”, wallahu a’lam”.[8]

ﻭﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﺍﻟﻮﺻﻮﻝ ﺇﺫﺍ ﺳﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻳﺼﺎﻝ
ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ، ﻭﻳﻨﺒﻐﻰ ﺍﻟﺠﺰﻡ ﺑﻪ ﻻﻧﻪ ﺩﻋﺎﺀ،
ﻓﺈﺫﺍ ﺟﺎﺯ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﺑﻤﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻠﺪﺍﻋﻰ،
ﻓﻼﻥ ﻳﺠﻮﺯ ﺑﻤﺎ ﻫﻮ ﻟﻪ ﺃﻭﻟﻰ، ﻭﻳﺒﻘﻰ ﺍﻻﻣﺮ
ﻓﻴﻪ ﻣﻮﻗﻮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﺘﺠﺎﺑﺔ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ، ﻭﻫﺬﺍ
ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻻ ﻳﺨﺺ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍﺀ ﺑﻞ ﻳﺠﺮﻯ ﻓﻲ
ﺳﺎﺋﺮ ﺍﻻﻋﻤﺎﻝ، ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻣﺘﻔﻖ
ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻧﻪ ﻳﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﺍﻟﺤﻰ ﺍﻟﻘﺮﻳﺐ
ﻭﺍﻟﺒﻌﻴﺪ ﺑﻮﺻﻴﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ

“dan pendapat yang dipilih (qaul
mukhtar) adalah sampai, apabila
memohon kepada Allah
menyampaikan pahala bacaannya,
dan selayaknya melanggengkan
dengan hal ini karena sesungguhnya
ini do’a, sebab apabila boleh
berdo’a untuk orang mati dengan
perkara yang bukan bagi yang
berdo’a, maka kebolehan dengan hal
itu bagi mayyit lebih utama, dan
makna pengertian semacam ini tidak
hanya khusus pada pembacaan al-
Qur’an saja saja, bahkan juga pada
seluruh amal-amal lainnya, dan
faktanya do’a, ulama telah sepakat
bahwa itu bermanfaat bagi orang
mati maupun orang hidup, baik dekat
maupun jauh, baik dengan wasiat
atau tanpa wasiat”. [9]

Al-Imam al-Bujairami didalam Tuhfatul
Habib :

ﻗﻮﻟﻪ: ) ﻷﻥ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ( ﻭﺍﻟﺤﺎﺻﻞ
ﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻟﻪ ﺃﻭ ﺩﻋﺎ ﻋﻘﺒﻬﺎ
ﺑﺤﺼﻮﻝ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﻟﻪ ﺃﻭ ﻗﺮﺃ ﻋﻨﺪ ﻗﺒﺮﻩ ﺣﺼﻞ
ﻟﻪ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ ﻭﺣﺼﻞ ﻟﻠﻘﺎﺭﺉ
ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ
“Frasa : (karena sesungguhnya do’a
bermanfaat bagi mayyit), walhasil
sesungguhnya apabila pahala bacaan
al-Qur’an diniatkan untuk mayyit atau
di do’akan menyampainya pahala
bacaan al-Qur’an kepada mayyit
mengiringi bacaan al-Qur’an atau
membaca al-Qur’an disamping qubur
niscaya sampai pahala bacaan al-
Qur’an kepada mayyit dan bagi si
qari (pembaca) juga mendapatkan
pahala”. [10]

Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhri
didalam As-Siraaj :

ﻭﺗﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺻﺪﻗﺔ ﻋﻨﻪ ﻭﻭﻗﻒ ﻣﺜﻼ
ﻭﺩﻋﺎﺀ ﻣﻦ ﻭﺍﺭﺙ ﻭﺃﺟﻨﺒﻲ ﻛﻤﺎ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻣﺎ
ﻓﻌﻠﻪ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﻭﻻ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻏﻴﺮ
ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ ﻭﻗﺮﺍﺀﺓ ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ
ﻧﻔﻊ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻝ
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻭﺻﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎ ﻗﺮﺃﻧﺎﻩ ﻟﻔﻼﻥ ﺑﻞ ﻫﺬﺍ
ﻻ ﻳﺨﺘﺺ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻓﻜﻞ ﺃﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺨﻴﺮ
ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ
ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﻤﺘﺼﺪﻕ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻻ
ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻩ ﺷﻲﺀ

“Bermanfaat bagi mayyit yakni
shadaqah mengatas namakan mayyit,
misalnya waqaf, dan (juga
bermanfaat bagi mayyit yakni) do’a
dari ahli warisnya dan orang lain,
sebagaimana bermanfaatnya perkara
yang dikerjakannya pada masa
hidupnya, namun yang lainnya tidak
memberikan manfaat seperti shalat
dan membaca al-Qur’an, akan tetapi
ulama mutakhkhirin menetapkan atas
bermanfaatnya pembacaan al-
Qur’an, oleh karena itu sepatutnya
berdo’a :
 “ya Allah sampaikanlah
pahala apa yang telah kami baca
kepada Fulan”, bahkan hal semacam
ini tidak hanya khusus pembacaan al-
Qur’an saja tetapi seluruh amal-amal
kebajikan lainnya juga boleh dengan
cara memohon kepada Allah agar
menjadikan pahalanya untuk mayyit,
dan sesuangguhnya orang yang
bershadaqah mengatas namakan
mayyit pahalanya tidak dikurangi”. .
[11]

Dari beberapa keterangan ulama-
ulama Syafi’iyah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa qaul masyhur pun
sebenarnya menyatakan sampai
apabila al-Qur’an dibaca hadapan
mayyit termasuk membaca disamping
qubur, [12]
 juga sampai apabila
meniatkan pahalanya untuk orang
mati yakni pahalanya ditujukan untuk
orang mati, dan juga sampai apabila
mendo’akan bacaan al-Qur’an yang
telah dibaca agar disampaikan
kepada orang yang mati. Sekali Lagi
Wahabi Sebagai Peta Bi’ah Dunia
seharusnya membaca lebih teliti.

CATATAN KAKI :

[1] Lihat : Ma’rifatus Sunani wal Atsar
[7743] lil-Imam al-Muhaddits al-
Baihaqi.

[2] Lihat : Riyadlush Shalihin [1/295] lil-
Imam an-Nawawi ; Dalilul Falihin
[6/426] li-Imam Ibnu ‘Allan ; al-Hawi
al-Kabir fiy Fiqh Madzhab asy-Syafi’i
(Syarah Mukhtashar Muzanni) [3/26]
lil-Imam al-Mawardi dan lainnya.

[3] Lihat : Fathul Wahab bisyarhi
Minhajit Thullab lil-Imam Zakariyya al-
Anshari asy-Syafi’i [2/23].

[4] Lihat : al-Fatawa al-Fiqhiyah al-
Kubraa lil-Imam Ibnu Hajar al-Haitami
[2/27].

[5] Lihat : Tuhfatul Muhtaj fiy Syarhi
al-Minhaj lil-Imam Ibn Hajar al-Haitami
[7/74].

[6] Lihat : Futuhaat al-Wahab li-Syaikh
Sulailman al-Jamal [2/210].

[7] Lihat : Ibid [4/67] ;

[8] Lihat : al-Adzkar lil-Imam an-
Nawawi [293]

[9] Lihat : al-Majmu’ syarah al-
Muhadzdzab lil-Imam an-Nawawi
[15/522].

[10] Lihat : Tuhfatul Habib (Hasyiyah
al-Bujairami alaa al-Khatib) [2/303]

[11] Lihat : as-Sirajul Wahaj ‘alaa
Matni al-Minhaj lil-‘Allamah
Muhammad az-Zuhri [1/344]

[12] Banyak komentar dan anjuran
ulama Syafi’iyyah tentang membaca
al-Qur’an di quburan untuk mayyit,
sebagaimana yang sebagiannya telah
disebutkan termasuk oleh al-Imam
Syafi’i sendiri. Adapun berikut
diantara komentar lainnya, yang juga
berasal dari ulama Syafi’iyyah
diantara lain :
 al-Imam Ar-Rafi’i
didalam Fathul ‘Aziz bisyarhi al-Wajiz
[5/249]

ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺍﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺰﺍﺋﺮ ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺩﺍﺭ
ﻗﻮﻡ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ ﻭﺍﻧﺎ ﺍﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﻗﺮﻳﺐ
ﺑﻜﻢ ﻻﺣﻘﻮﻥ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﻻ ﺗﺤﺮﻣﻨﺎ ﺃﺟﺮﻫﻢ ﻭﻻ
ﺗﻔﺘﻨﺎ ﺑﻌﺪﻫﻢ ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺪﻧﻮ ﺍﻟﺰﺍﺋﺮ
ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﺍﻟﻤﺰﻭﺭ ﺑﻘﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﺪﻧﻮ ﻣﻦ
ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺣﻴﺎ ﻭﺯﺍﺭﻩ ﻭﺳﺌﻞ ﺍﻟﻘﺎﺿﻰ
ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ ﻋﻦ ﺧﺘﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ
ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ ﻟﻠﻘﺎﺭﺉ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﻤﻴﺖ
ﻛﺎﻟﺤﺎﺿﺮﻳﻦ ﻳﺮﺟﻰ ﻟﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﻛﺔ
ﻓﻴﺴﺘﺤﺐ ﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻘﺎﺑﺮ ﻟﻬﺬﺍ
ﺍﻟﻤﻌﻨﻲ ﻭﺃﻳﻀﺎ ﻓﺎﻟﺪﻋﺎﺀ ﻋﻘﻴﺐ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ
ﺃﻗﺮﺏ ﺍﻟﻲ ﺍﻻﺟﺎﺑﺔ ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﻨﻔﻊ ﺍﻟﻤﻴﺖ

“dan sunnah agar peziarah
mengucapkan : “Salamun ‘Alaykum
dara qaumi Mukminiin wa Innaa
InsyaAllahu ‘an qariibi bikum laa
hiquun Allahumma laa tahrimnaa
ajrahum wa laa taftinnaa ba’dahum”,

dan sepatutnya zair (peziarah)
mendekat ke kubur yang diziarahi
seperti dekat kepada sahabatnya
ketika masih hidup ketika
mengunjunginya, al-Qadli Abu ath-
Thayyib ditanya tentang
mengkhatamkan al-Qur’an
dipekuburan maka beliau menjawab ;
ada pahala bagi pembacanya,
sedangkan mayyit seperti orang yang
hadir yang diharapkan mendapatkan
rahmat dan berkah baginya, Maka
disunnahkan membaca al-Qur’an di
pequburan berdasarkan pengertian
ini (yaitu mayyit bisa mendapatkan
rahmat dan berkah dari pembacaan
al-Qur’an) dan juga berdo’a
mengiringi bacaan al-Qur’an niscaya
lebih dekat untuk diterima sebab
do’a bermanfaat bagi mayyit”.

Al-Imam Ar-Ramli didalam Nihayatul
Muhtaj ilaa syarhi al-Minhaj [3/36] :

ﻭﻳﻘﺮﺃ ﻭﻳﺪﻋﻮ( ﻋﻘﺐ ﻗﺮﺍﺀﺗﻪ، ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﻨﻔﻊ
ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻭﻫﻮ ﻋﻘﺐ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺃﻗﺮﺏ ﻟﻺﺟﺎﺑﺔ

“dan (disunnahkan ketika ziarah)
membaca al-Qur’an dan berdo’a
mengiri pembacaan al-Qur’an,
sedangkan do’a bermanfaat bagi
mayyit, dan do’a mengiringi bacaan
al-Qur’an lebih dekat di ijabah”

Al-‘Allamah Syaikh Zainuddin bin ‘Abdil
‘Aziz al-Malibari didalam Fathul Mu’in
[hal. 229] :

ﻭﻳﺴﻦ ﻛﻤﺎ ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﺮﺃ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺪﻋﻮ ﻟﻪ
ﻣﺴﺘﻘﺒﻼ ﻟﻠﻘﺒﻠﺔ

“disunnahkan –sebagaimana nas
(hadits) yang menerangkan tentang
hal itu- agar membaca apa yang
dirasa mudah dari al-Qur’an diatas
qubur, kemudian berdo’a untuk
mayyit menghadap ke qiblat”

Imam Ahmad Salamah al-Qalyubiy
didalam Hasyiyatani Qalyubi wa
‘Umairah pada pembahasan terkait
ziarah qubur :

ﻗﻮﻟﻪ : )ﻭﻳﻘﺮﺃ( ﺃﻱ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻳﻬﺪﻱ
ﺛﻮﺍﺑﻪ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻭﺣﺪﻩ ﺃﻭ ﻣﻊ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺠﺒﺎﻧﺔ،
ﻭﻣﻤﺎ ﻭﺭﺩ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺃﻧﻪ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﺳﻮﺭﺓ
ﺍﻹﺧﻼﺹ ﺇﺣﺪﻯ ﻋﺸﺮﺓ ﻣﺮﺓ، ﻭﺃﻫﺪﻯ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ
ﺍﻟﺠﺒﺎﻧﺔ ﻏﻔﺮ ﻟﻪ ﺫﻧﻮﺏ ﺑﻌﺪﺩ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ
ﻓﻴﻬﺎ

“frasa (dan –disunnahkan- membaca
al-Qur’an) yakni sesuatu yang mudah
dari al-Qur’an, kemudian
menghadiahkan pahalanya kepada
satu mayyit atau bersamaan ahl
qubur lainnya, dan diantara yang
telah warid dari salafush shalih
adalah bahwa barangsiapa yang
membaca surah al-Ikhlas 11 kali, dan
menghadiahkan pahalanya kepada
ahl qubur maka diampuni dosanya
sebanyak orang yang mati
dipekuburan itu”.

Syaikh Mushthafa al-Buhgha dan
Syaikh Mushthafaa al-Khin didalam al-
Fiqhul Manhaji ‘alaa Madzhab al-Imam
asy-Syafi’i rahimahullah [juz I, hal.
184] :

ﻣﻦ ﺁﺩﺍﺏ ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ: ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺰﺍﺋﺮ
ﺍﻟﻤﻘﺒﺮﺓ، ﻧﺪﺏ ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ
ﻗﺎﺋﻼً : ” ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺩﺍﺭ ﻗﻮﻡ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ،
ﻭﺇﻧﺎ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻜﻢ ﻻﺣﻘﻮﻥ. ﻭﻟﻴﻘﺮﺃ
ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻣﺎ ﺗﻴﺴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ
ﺗﻨﺰﻝ ﺣﻴﺚ ﻳُﻘﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ،ﺛﻢ ﻟﻴﺪﻉ ﻟﻬﻢ
ﻋﻘﺐ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ، ﻭﻟﻴﻬﺪِ ﻣﺜﻞ ﺛﻮﺍﺏ ﺗﻼﻭﺗﻪ
ﻷﺭﻭﺍﺣﻬﻢ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻣﺮﺟﻮ ﺍﻹِﺟﺎﺑﺔ، ﻭﺇﺫﺍ
ﺍﺳﺘﺠﻴﺐ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺍﺳﺘﻔﺎﺩ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻣﻦ ﺛﻮﺍﺏ
ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ . ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﻠﻢ
 .
“Diantara adab ziarah qubur :

apabila seorang peziarah masuk
area pekuburan, disunnahkan
baginya mengucapkan salam kepada
orang yang mati dengan ucapan :

Assalamu ‘alaykum dara qaumin
mukminiin wa innaa InsyaAllahu bikum
laa hiquun”, kemudian disunnahkan
supaya membaca apa yang mudah
dari al-Qur’an disisi qubur mereka,
sebab sesungguhnya rahmat akan
diturunkan ketika dibacakan al-
Qur’an, kemudian disunnahkan
supaya mendo’akan mereka
mengiringi bacaan al-Qur’an, dan
menghadiahkan pahala tilawahnya
untuk arwah mereka, sebab
sesungguhnya do’a diharapkan di
ijabah, apabila do’a dikabulkan maka
pahala bacaan al-Qur’an akan
memberikan manfaat kepada mayyit ,
wallahu ‘alam.”

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali
didalam kitab monumentalnya yaitu
Ihyaa’ ‘Ulumuddin [4/492] :

ﻭﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ
“tidak apa-apa dengan membaca al-
Qur’an diatas qubur”



wallahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar