Laman

صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Budi Pekerti Yang Paling Tinggi Adalah Rasa Malu Terhadap Diri Sendiri

Penyebab Sakitnya Hati



Musibah yang menimpa dan menyebabkan sakitnya hati ada dua; musibah syahwat yang merusak niat dan iradah , dan musibah Syubhat yang merusak ilmu dan i'tiqad.
Rasulullah SAW bersabda,
"Musibah (fitnah) masuk kedalam hati seperti dianyamnya tikar, sehelai demi sehelai. Hati mana pun yang menerimanya akan tertitiklah padanya setitik noda hitam. Hati mana pun yang menolaknya akan tetitiklah padanya setitik cahaya putih. Akhirnya hati akan terbagi menjadi dua; hati yang hitam legam cekung seperti gayung yang terbalik; tidak mengenal kebaikan tidak pula mengenal kemungkaran, selain yang dikehendaki oleh hawa nafsunya, dan hatinya putih bercahaya yang tidak akan tertimpa mudharat fitnah, selama langit dan bumi masih ada".(HR. Muslim)
Rasulullah SAW mengelompokkan hati ketika tertimpa musibah fitnah menjadi dua.
Pertama, hati yang selalu menyerapnya seperti bunga karang yang selalu menyerap air. Maka tertitiklah kepadanya setitik noda hitam. Demikian seterusnya sehingga hati itu menjadi hitam dan terbalik. Inilah maksud tamsil Beliau, "seperti gayung yang terbalik".
Jika telah hitam dan terbalik maka, akan datanglah dua penyakit yang sangat berbahaya yang akan mengantarkan ke jurang kehancuran: (1) Tercampur aduknya kebaikan dan kemungkaran, sehingga ia tidak lagi mengenalinya. Bahkan ia akan dikuasai oleh penyakit ini , sehingga ia kemungkaran sebagai suatu kebaikan, kebaikan sebagai kemungkaran, sunnah sebagai bid'ah, bid'ah sebagai sunnah, kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran. (2) menjadikan hawa nafsu sebagai hakim, pemimpin dengan meninggalkan semua yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Kedua, hati putih yang bercahaya dengan cahaya iman. Jika musibah fitnah datang, ia pun mengingkari dan menolaknya, sehingga ia pun semakin bercahaya.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar